Senin, 17 November 2008

Tentang Pahlawanku, Jendral Besar Soedirman

Jenderal Besar Soedirman adalah salah satu tokoh yang sangat kukagumi di Indonesia, selain Ibrahim Datuk Sutan Malaka. Kebetulan keduanya merupakan dwitunggal selain Soekarno – Hatta. Kenapa aku begitu mengagumi Panglima Besar Angkatan Perang RI pertama itu?
Soedirman dilahirkan tanggal 24 Januari 1916 di Purwokerto. Soedirman dilahirkan dari keluarga biasa-biasa saja, bahkan boleh dikatakan dari keluarga tidak mampu. Bahkan mungkin karena saking miskinnya, Soedirman diangkat anak oleh kakak perempuan dari ibunda Soedirman. Kebetulan kakak perempuan ibu Soedirman menikah dengan seorang wedana di daerah Rembang. Karena sejak kecil diangkat anak olehkeluarga priyayi inilah maka Soedirman mendapatkan gelar Raden didepan namanya, sehingga menjadi Raden Soedirman. Meski begitu, kehidupan Soedirman diwarnai oleh kesederhanaan dan kerendahhatian. Ibadah wajib tidak pernah absen, ibadah sunnah menjadi pelengkap ibadah wajib tersebut.
Sebenarnya tidak yang istimewa dalam perjalanan hidup seorang Soedirman muda. Soedirman aktif di persyarikatan Muhammadiyah, organisasi yang dia yakini memiliki posisi dan peran yang strategis dalam membina mental dan karakter serta pribadi masyarakat. Karena itu dia terlibat di Majlis Tabligh dan aktif memberikan pengajian/ceramah di berbagai tempat, mulai dari wilayah Karesidenan Banyumas sampai Cilacap. Bahkan semua dilakukan dengan naik sepeda onthel.
Selain itu, Soedirman muda juga aktif dalam dunia pendidikan. Dia menjadi Guru sekaligus Kepala Sekolah SD Muhammadiyah di daerah Purwokerto. Dia berpendapat bahwa untuk memajukan bangsa yang terbelakang dan membebaskan bangsa yang terjajah adalah melalui pendidikan. Lewat pendidikan pula, dia meyakini kesadaran nilai-nilai kebangsaan dapat ditanamkan. Begitu cintanya pada dunia pendidikan, hingga ketika sekolahnya dijadikan markas oleh tentara pendudukan Jepang, dia berani meminta kepada penguasa wilayah pendudukan untuk memulihkan sekolah lagi. Karena ketokohan Soedirmanlah, Jepang mengabulkan permintaan itu.
Aktifitas Soedirman ditambah dengan kegiatan kepanduan Hizbul Wathan di bawah persyarikatan Muhammadiyah. Aktifitas inilah yang mengenalkan Soedirman dengan disiplin ala militer, sehingga ketika saatnya Soedirman masuk dunia militer, dia sudah tidak asing lagi. Sepanjang hidup Soedirman muda diabdikan untuk persyarikatan Muhammadiyah. Tak heran ketika beliau diangkat sebagai perwira PETA oleh Jepang, beliau sempat menitipkan Muhammadiyah agar “dianget-angetne” (terus dihidupkan).
Semua kegiatan-kegiatan itulah yang membuat Soedirman menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di wilayah Banyumas. Soedirman, yang masih sangat muda saat itu (sekitar 26 tahun) sudah memiliki wibawa, kharisma, dan pengaruh yang sangat besar di kalangan rakyat. Rakyat begitu menghormati dan segan kepadanya, bahkan bagi orang tua yang memiliki anak gadis rela antri agar anaknya mau disunting oleh Soedirman muda saat itu. Tetapi hanya seorang gadis yang beruntung mendapatkanya, yaitu Alfiah, putra seorang saudagar kaya sekaligus teman sekolah dan rekan seperjuangan di persyarikatan Muhammadiyah.
Titik balik kehidupan Soedirman muda berubah saat Jepang menyerbu masuk dan Belanda menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942 di Kalijati, Cilacap. Karena kebutuhan perang, maka Jepang membentuk PETA dan membutuhkan orang untuk dilatih sebagai anggota PETA. Soedirman muda (yang saat itu berusia 27 tahun), karena dikenal sebagai tokoh masyarakat direkrut untuk dididik sebagai calon daidanco (komandan batalyon). Soedirman muda kemudian menjalani pendidikan kilat selama 6 bulan di Bogor untuk menjadi calon perwira PETA. Setelah lulus, Soedirman muda menyandang pangkat Kolonel dan menjadi komandan batalyon PETA di daerah Purwokerto.
Setelah menyandang pangkat Kolonel, kharisma dan wibawa Soedirman semakin besar. Soedirman pernah diminta oleh Jepang untuk memadamkan pemberontakan batalyon PETA di Kroya, dan Soedirman mampu melakukannya tanpa sedikitpun darah yang tumpah. Bahkan, karena besarnya kharisma Soedirman, ketika Jepang kalah perang dan menyerah, hanya di wilayah tanggung jawab Soedirmanlah pelucutan senjata tentara Jepang tidak mengalami hambatan yang berarti, dan jatuhnya korban sia-sia dapat dicegah.
5 Oktober 1945, TKR dibentuk. Panglima Besar pertama adalah Supriyadi. Tapi karena Supriyadi tidak pernah muncul, maka panglima-panglima wilayah mengadakan kongres untuk memilih Panglima Besar yang baru. Lewat pemilihan yang demokratis (pertama kali dalam sejarah militer dunia, Panglima Perang dipilih secara demokratis oleh para panglima wilayah), Kolonel Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar, dan pangkatnya dinaikkan dari Kolonel menjadi Jenderal penuh (bintang 4), dan ini adalah kenaikan pangkat tercepat dalam sejarah militer dunia. Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar dalam usia 29 tahun. Terlihat betapa kuat kharisma dan wibawa Soedirman di mata para panglima wilayah (selain karena faktor persaingan antara perwira PETA vs KNIL).
Di waktu yang bersamaan, sekutu (yang diboncengi NICA – Belanda) sudah mendaratkan pasukan di Semarang dan terus mendesak maju hingga ke Ambarawa (di waktu bersamaan pula terjadi pertempuran hebat di Surabaya). Tujuan sekutu adalah menguasai Jogjakarta, sehingga mereka dapat memutus hubungan antara Jawa bagian Barat dan Jawa bagian Timur. Karena kondisi itu, Soedirman belum sempat dilantik dan memilih untuk memimpin pertempuran menahan sekutu di Ambarawa.
Dengan mengoordinasikan pasukan yang ada di Kedu dan Banyumas (barat) dan pasukan yang ada di Salatiga (timur), dan dengan formasi Supit Urang, Soedirman mulai menahan gerakan maju pasukan sekutu yang lebih berpengalaman dan dilengkapi dengan peralatan tempur yang canggih dan jauh di atas tentara Republik saat itu. Palagan Ambarawa menjadi medan yang sangat berat bagi tentara sekutu. Dalam satu hari mereka tidak pernah berhasil maju dalam jarak 2 km. Karena perang yang berlarut-larut dan logistik pasukan sekutu juga dipotong oleh pasukan Soedirman, maka perlahan-lahan pasukan sekutu mulai menarik mundur pasukannya kembali ke Semarang. Meski korban yang jatuh di pihak tentara Republik lebih banyak, tapi tentara kita berhasil memukul mundur pasukan pemenang perang dunia. Dan kemenangan ini membawa nama Soedirman semakin terkenal dan dicintai oleh rakyat.

(Bersambung...)

Tidak ada komentar: